PEMBAHASAN UN BAHASA INDONESIA TENTANG CERPEN

Edutafsi.com - Cerpen. Pembahasan ujian nasional bidang studi bahasa Indonesia tentang cerita pendek untuk tingkat menengah atas. Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang cukup populer di kalangan pembaca terlebih di kalangan pelajar. Dalam ujian nasional, setidaknya ada satu atau dua soal tentang teks cerpen. Pada kesempatan ini, edutafsi akan membahas beberapa soal tentang cerpen yang pernah keluar dalam ujian nasional tahun-tahun sebelumnya. Semoga dapat menjadi gambaran bagi murid untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional tahun ini.

Soal 1 : Menentukan Konflik dalam Cerpen

Bacalah kutipan cerpen berikut ini dengan seksama!
"Oo, kau marah, Pak Tua? Apa sudah tua suka marah-marah!!"
"Huss! Apakah kau anggap aku ini Pak Tuamu?"
"Aku bukan Kangmasmu!" bentak kakek-kakek itu lagi.
"Oo iya! Tentunya aku harus memanggilmu mbah ya! Aku lupa sungguh. Tapi sebetulnya awal tadi telah aku ingatkan jika aku bersalah. Siapa bersalah wajib diingatkan. Jika tidak demikian? Coba gambarkan berapa banyak kesalahan yang aku perbuat selanjutnya.
Kakek itu tertunduk. Wajahnya berubah terang. Lalu bicara dengan suara tidak berdaya.
"Betulkah bicaramu?"
"Aku sudah tampak sangat tua?"
"Mengapa?"
"Pantas kau panggil mbah?"
"Hi-hi-hi! Pertanyaanmu itu! Kau sekarang kentara sekali merasa sedih! Mengapa? Apakah karena umurmu yang lanjut, apa karena tidak tahu kau sudah tua?"
"Jangan bersendau gurau, Kenes, aku betul-betul bertanya!"
(Tikungan di Dekat Bendungan, Oleh St. Ismariasita).

Konflik yang tergambar dalam kutipan cerpen tersebut adalah tentang .....
A. Panggilan yang disampaikan kepada kakek dengan kata mbah dan mas
B. Kecemasan tokoh kakek akan ketuaan usianya
C. Ketidakcocokan penggunaan kata sapaan dengan realitas
D. Tokoh Kenes menentukan usia seseorang, sudah tua ataukah masih muda
E. Kakek dan Kenens memperebutkan sapaan mbah dan mas.

Pembahasan :
Cerpen merupakan karya sastra berupa karangan pendek yang berbentuk naratif, umumnya mengisahkan sepenggal kehidupan manusia yang penuh konflik, mengharukan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan. Dalam cerpen biasanya terdapat konflik yang menjadi inti dari sebuah alur cerita. Konflik dapat diartikan sebagai pertentangan dan biasanya digambarkan oleh penulis dalam bentuk ketegangan atau pertentangan antar tokoh.

Jika dibaca secara seksama, kutipan teks cerpen di atas menampilkan dialog antara tokoh Kakek dan Kenes yang mulanya berdebat mengenai sapaan yang tepat kepada Kakek. Namun inti dari alur tersebut adalah kegelisahan tokoh Kakek akan usianya yang sudah semakin tua. Hal itu terlihat jelas ketika tokoh kakek menanyakan apakah dia sudah sangat tua dan sudah pantas dipanggil mbah. Hal itu menjadi konflik tersendiri dalam alur tersebut. Jadi, koflik dalam kutipan cerpen di atas adalah kecemasan tokoh kakek akan ketuaan usianya.
Jawaban : B

Soal 2 : Menentukan Watak Tokoh dalam Cerpen

Berdasarkan kutipan cerpen pada soal nomor 1, watak tokoh Kakek dalam alur tersebut adalah ....
A. Pemarah
B. Pendendam
C. Pemalu
D. Penyabar
E. Perasa

Pembahasan :
Secara garis besar, unsur-unsur penyusun sebuah cerpen dapat dibedakan menjadi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupaan unsur pembangun yang berasal dari dalam cerpen itu sendiri. Unsur intrinsik meliputi tema, penokohan (perwatakan), alur, seting, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat.

Penokohan adalah penentuan tokoh-tokoh atau pelaku yang diceritakan dalam cerpen. Secara umum tokoh dibedakan menjadi protagonis, antagonis, tritagonis, dan figuran. Masing-masing tokoh biasanya memiliki watak yang berbeda-beda. Watak merupakan sifat tokoh dalam cerita tersebut.

Pada kutipan cerpen di atas, dapat dilihat bahwa watak dari tokoh Kakek adalah perasa atau atau cenderung sensitif. Watak ini tercermin dari kalimat "Kakek itu tertunduk. Wajahnya berubah tenang. Lalu bicara dengan suara tak berdaya. "Betulkah bicaramu? Aku sudah tampak sangat tua?" Kalimat tersebut menjelaskan bagaimana reaksi tokoh Kakek atas ucapan Kenen sebelumnya.
Jawaban : E

Soal 3 : Menentukan Nilai Budaya dari Suatu Cerpen

Bacalah teks berikut ini dengan seksama!
Aku pikir aku telah tertidur beberapa jam karena pengaruh sampanye dan letusan-letusan bisu dalam film itu. Lalu ketika aku terbangun, kepalaku merasa terguncang-guncang. Aku pergi ke kamar mandi. Dua dari tempat duduk di belakangku diduduki wanita tua dengan sebelah kopor berbaring dengan posisi yang terlupakan di medan perang. Kaca mata bacanya dengan rantai manik-manik beradu di atas kedengkianku, untuk tidak mengambilnya.

Nilai budaya yang ada dalam penggalan cerpen tersebut adalah ....
A. Mabuk-mabukan
B. Menonton film
C. Minum sampanye
D. Dengki terhadap orang lain
E. Tidak peduli terhadap orang lain.

Pembahasan :
Salah satu unsur intrinsik dalam sebuah cerpen adalah amanat atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Biasanya amanat tersebut tercermin dari nilai-nilai yang tertanam di dalamnya seperti nilai budaya, nilai moril, nilai agama, dan sebagainya. Nilai budaya merupakan nilai hasil pikiran, akal, budi yang menjadi kebiasaan.

Pada penggalan cerpen di atas sekilas kita dapat melihat bagaimana watak dari tokoh Aku yang kurang baik. Dan salah satu nilai budaya yang ditampilkan oleh tokoh tersebut adalah kebiasaan meminum sampanye. Pada beberapa kalangan atau tradisi, minum sampanye merupakan hal yang sudah biasa dalam kehidupan sehari-hari. 
Jawaban : C

Soal 4 : Menentukan Permasalahan dalam Cerpen

Melihat tingkah kedua remaja itu, ditambah dengan ajakannya yang menggoda, serta musik pengiringnya yang merangsang, penumpang-penumpang yang banyak itu pun tergelitik ikut menari. Semua mereka sekarang menari. Anak gadis yang duduk di sebelahku mungkin tergoda pula untuk menari. Dia menoleh kepadaku dan berkata," Mari kita ikut menari, Pak."
"Taklah. Badan Bapak masih terasa sakit. Kau sajalah yang menari."
"Tapi tak ada pasangan yang tersisa untukku. Ayolah! Temani saya. Tak apalah sakit-sakit sedikit. Apa kata anak muda itu? Lupakan sejenak segala duka! Ayo. Mari sejenak kita ikut berlupa-lupa."
"Bapak tidak pantas menari bersamamu. Malu dilihat orang. Apa kata mereka nanti? Si tua yang tak tahu dituanya!"
"Semua orang sekarang ini sedang gila menari! Tak pantas kalau tak ikut menari di tengah orang yang sedang menari. Ayolah, Pak. Ayolah. Malu bukan lagi milik orang sekarang ini. Ayolah. Lupakan sejenak segala duka! Mari bergembira." Ditariknya tanganku. 
"Saya ingin sekali menari di atas kereta rel listrik yang sedang berjalan. Bagaimana rasanya melenggok di atas lantai yang bergoyang. Tak pernah saya temukan suasana gila seperti ini, seumur-umur. Ayolah, Pak. Mumpung ada orang yang mengambil inisiatif."
(Di Atas Kereta Rel Listrik, oleh Hamsad Rangkut).

Masalah yang diungkapkan dalam kutipan cerpen di atas adalah .....
A. Ajakan seorang gadis pada tokoh Aku untuk ikut menari
B. Keinginan tokoh Aku terhadap ajakan gadis menari
C. Suasana gila di atas kereta rel listrik yang sedang berjalan
D. Seorang gadis yang ikut menari di atas kereta rel listrik
E. Kesadaran tokoh Aku untuk menari mengikuti ajakan seorang gadis.

Pembahasan :
Dari percakapan yang terjadi antara gadis dan tokoh Aku dalam kutipan cerpen di atas, jelas terlihat bahwa seorang gadis mengajak tokoh Aku untuk menari sebagai pasangannya. Jadi, permasalahan yang diungkapkan dalam kutipan cerpen tersebut adalah mengenai ajakan seorang gadis pada tokoh Aku untuk ikut menari.
Jawaban : A

Soal 5 : Menentukan Amanat dari Sebuah Cerpen

Amanat yang terdapat dalam kutipan cerpen pada nomor 4 di atas adalah ....
A. Rasa malu hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat itu
B. Anak-anak muda hendaknya tidak mengikuti perkembangan bidaya asing
C. Orang harus mempertimbangkan sesuatu sebelum melakukan perbuatan
D. Seharusnya orang harus pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan saat itu
E. Anak-anak muda seharusnya jangan mudah tergoda oleh budaya dalam negeri.

Pembahasan :
Karya sastra seperti cerpen dan novel biasanya sarat akan amanat atau pesan. Setiap penulis umumnya selalu menghadirkan suatu pesan dari karya tulisnya yang ingin disampaikan kepada pembaca. Amanat sendiri merupakan salah satu unsur intrinsik pembangun sebuah cerpen yang sepatutnya ada dalam cerpen. Karya cerpen yang tidak memiliki amanat akan cenderung tidak bermakna bagi pembaca. Dengan kata lain, amanat menjadi nilai tersendiri bagi sebuah karya.

Pada kutipan cerpen di atas, jelas terlihat bahwa ada penolakan dari tokoh Aku saat diajak menari oleh seorang gadis muda. Ia memiliki pertimbangan tersendiri untuk tidak ikut menari sebab merasa hal tersebut tidak pantas untuk dilakukan. Jadi, amanat yang ingin disampaikan penulis pada alur cerita di atas adalah "Orang harus mempertimbangkan sesuatu sebelum melakukan perbuatan".
Jawaban : C

Soal 6 : Menentukan Keterkaitan Watak
Bacalah teks berikut ini dengan seksama!
"Bahkan ibu bersedia pergi kepada apa yang disebut orang-orang pintar, dari satu pulau ke pulau lain. Padahal, ibu begitu benci pada ilmu mistik. Ibu tidak percaya pada semua yang tidak masuk akal. Namun, banyak yang menasihati ibu harus percaya dan mencobanya juga. Maklumlah alam timur masih penuh dengan hal-hal gaib, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan mistik. Semua itu ibu lakukan untuk mendapatkan engkau Maniek. Betapa ibu mendambakan kelahiranmu, Nduk,"
(Rumah Tanpa Cinta, karya Titiek W.S)

Keterkaitan watak tokoh ibu seorang yang bimbang pada kutipan tersebut dengan kehidupan sehari-hari adalah ....
A. Pasrah pada kehendak yang Mahakuasa
B. Prinsip seseorang akhirnya goyah mendengarkan nasihat orang
C. Berusaha keras dan berserah diri kepada Tuhan
D. Bersemangat karena ingin mendapatkan anak secara medis
E. Menjunjung tinggi logika dalam berusaha mendapatkan anak.

Pembahasan :
Dari percakapan yang diucapkan sang Ibu pada kutipan di atas, jelas terlihat bahwa ada mulanya kebimbangan dalam hati sang Ibu untuk mengikuti hal-hal tak masuk akal yang mulanya tidak ia percayai. Namun pada akhirnya, ia rela pergi demi mendapatkan momongan. Keterkaitan watak Ibu dengan kehidupan sehari-hari adalah kecenderungan seseorang yang goyah prinsipnya akibat mendengarkan nasihat atau bujukan orang lain.
Jawaban : B

Demikianlah pembahasan beberapa soal ujian nasional bidang studi Bahasa Indonesia tentang cerpen. Selain cerpen, dalam ujian nasional juga terdapat beberapa soal tentang karya sastra lainnya seperti puisi, drama, novel, dan sebagainya. Jika pembahasan soal tentang cerpen ini bermanfaat, bantu edutafsi membagikannya kepada teman-teman anda melalui tombol share yang tersedia.
Artikel Selanjutnya Artikel Sebelumnya
Belum Ada Komentar :
Tambahkan Komentar
Comment url
Post Terkait :
BAHASA INDONESIA,RAGAM SASTRA,UN BAHASA INDONESIA